1.
Apresiasi sastra merupakan salah satu bentuk
reaksi kinetik dan reaksi verbal seorang pembaca terhadap karya sastra yang
didengar atau dibacanya.
Kata apresiasi diserap dari
kata bahasa Inggris appreciation yang berarti penghargaan. Apresiasi sastra
berarti penghargaan terhadap karya sastra. Apresiasi sastra berusaha menerima
karya sastra sebagai sesuatu yang layak diterima dan mengakui nilai-nilai
sastra sebagai sesuatu yang benar. Penghargaan terhadap karya sastra ini
dilakukan melalui proses bertahap.
(1). Tahap mengenal dan menikmati
Pada tahap ini, kita
berhadapan dengan suatu karya. Kemudian kita mengambil suatu tindakan berupa
membaca, melihat atau menonton, dan mendengarkan suatu karya sastra.
(2). Tahap menghargai
Pada tahap ini kita merasakan
manfaat atau nilai karya sastra yang telah dinikmati. Manfaat di sini berkaitan
dengan kegunaan karya sastra tersebut. Misalnya memberi kesenangan, hiburan,
kepuasan, serta memperluas wawasan dan pandangan hidup.
(3).
Tahap pemahaman
Pada tahap ini kita melakukan
tindakan meneliti serta menganalisis unsur-unsur yang membangun karya sastra,
baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsiknya. Akhirnya kita menyimpulkan
karya sastra tersebut. Apakah karya sastra tersebut termasuk baik atau tidak,
bermanfaat atau tidak bagi masyarakat sastra?
(4). Tahap penghayatan
Pada tahap ini kita membuat
analisis lebih lanjut dari tahap sebelumnya, kemudian membuat interpretasi atau
penafsiran terhadap karya sastra serta menyusun argumen berdasarkan analisis
yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
(5).
Tahap aplikasi atau penerapan
Segala nilai, ide, wawasan
yang diserap pada tahap-tahap terdahulu diinternalisasi dengan baik, sehingga
masyarakat penikmat sastra dapat mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam sikap
dan tingkah laku sehari-hari. Dengan demikian, kegiatan apresiasi sastra
diartikan sebagai suatu proses mengenal, menikmati, memahami, dan menghargai
suatu karya sastra secara sengaja, sadar, dan kritis sehingga tumbuh pengertian
dan penghargaan terhadap sastra. Adapun menurut para ahli sebagai berikut:
Istilah apresiasi
berasal dari bahasa Latin apreciato
yang artinya “mengindahkan” atau “menghargai”.
Dalam
konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna :
§ Pengenalan
melalui perasaan atau kepekaan batin.
§ Pemahaman dan
pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang.
Sedangkan
menurut kesimpulan Squire dan Taba, sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan
tiga unsur inti, yakni : aspek kognitif,
aspek emotif, dan aspek evaluatif.
§
Aspek
Kognitif
Berkaitan dengan
keterlibatan intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan yang
bersifat objektif, yang diantaranya terdiri dari unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik.
Unsur intrinsik itu misalnya,
tulisan serta aspek bahasa dan struktur wacana dalam hubungannya dengan
kehadiran makna yang tersurat.
Sedangkan unsur ekstrinsik itu
antara lain berupa biografi pengarang, latar proses kreatif penciptaan maupun
latar sosial-budaya yang menunjang kehadiran teks sastra.
§
Aspek
Emotif
Berkaitan dengan
keterlibatan unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan
dalam teks sastra yang dibaca.
§
Aspek
Evaluatif
Berhubungan
dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik-buruk, indah tidak indah,
sesuai-tidak sesuai serta sejumlah ragam penilaian lain yang tidak harus hadir
dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca.
Maka S. Effendi pun mengungkapkan bahwa
apresiasi sastra adalah : kegiatan menggauli karya sastra secara
bersungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Dan
kesimpulan yang didapat bahwa kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik
apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang
diapresiasinya, menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan
apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu
memuaskan rohaniahnya.
2.
Dalam
perilaku kegiatan apresiasi sastra, dapat dibedakan antara perilaku kegiatan
secara langsung dan perilaku kegiatan secara tidak langsung. Sebelum menelaah
perbedaannya, akan dibahas dahulu mengenai pengertiannya :
§ Apresiasi sastra secara langsung adalah, kegiatan
membaca atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara
langsung. Kegiatan membaca suatu teks sastra yang terwujud dalam perilaku
membaca, memahami, menikmati, serta mengevaluasi teks sastra, baik yang berupa
cerpen, novel, roman, naskah drama, maupun teks sastra yang berupa puisi.
Kegiatan itu dalam hal ini perlu
dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berulang kali, sehingga dapat melatih dan
mengembangkan kepekaan pikiran dan perasaan dalam rangka mengapresiasi suatu
cipta sastra, baik yang dipaparkan lewat media tulisan, lisan, maupun visual.
§ Apresiasi sastra secara tidak langsung adalah, kegiatan
mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berhubungan dengan kesastraan,
baik di majalah maupun koran, mempelajari buku-buku maupun esei yang membahas
dan memberikan penilaian terhadap suatu karya sastra serta mempelajari sejarah
sastra.
Kegiatan
tersebut bukan hanya mengembangkan pengetahuan seseorang tentang sastra, tetapi
juga akan meningkatkan kemampuan dalam rangka mengapresiasi suatu cipta sastra.
Dari
pengertian tersebut maka perbedaan antara kedua kegiatan tersebut adalah:
v
Apresiasi sastra
secara langsung :
§ Menikmati serta
memahami dan mengevaluasi teks sastra/ karya sastra.
§ Dilaksanakan
secara sungguh-sungguh, berulang kali agar dapat mengembangkan kepekaan pikiran
dan perasaan dalam menghargai suatu cipta rasa baik lisan, tulisan, maupun
visual.
v Apresiasi sastra secara tidak langsung :
§ Mempelajari dan
membaca artikel mengenai kesastraan, baik berupa artikel, esei, maupun sejarah
sastra.
§ Mengembangkan
pengetahuan seseorang tentang sastra, juga meningkatkan kemampuan dalam
menghargai suatu cipta sastra.
3.
Untuk
mampu mengapresiasi/menghargai suatu cipta sastra, seseorang harus secara
terus-menerus menggauli karya sastra, maka bekal awal yang harus dimiliki
seorang calon apresiator adalah :
Membaca dan memahami,
menikmati, menilai sebuah karya sastra bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap
pembaca karya sastra baik modern ataupun klasik, pasti pernah mengalami
kesulitan, merasa seakan-akan tidak memahami apa yang dikatakan ataupun
dimaksudkan oleh pengarang.
Proses membaca yaitu
memberi makna pada sebuah teks sastra yang kita pilih adalah proses yang
memerlukan pengetahuan dan pemahaman tentang unsur karya sastra. Penumbuhan
sikap serius dalam membaca cipta sastra itu terjadi karena sastra bagaimanapun
lahir dari daya kontemplasi batin pengarang sehingga untuk memahaminya juga
membutuhkan pemikiran daya kontemplatif pembacanya.
Dengan demikian sastra
sebagai bagian dari karya seni jika dibaca tidak cukup dipahami lewat analisis
kebahasannya tetapi semua yang terkait dengan teks sastra. Adapun ciri khusus
teks sastra ditandai oleh adanya unsur-unsur yang membangun karya sastra yang
berbeda dengan teks yang lain.
Dari keseluruhan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cipta sastra sebenarnya mengandung berbagai macam unsur yang sangat kompleks, antara lain:
1. unsur keindahan
2. unsur konteplatif yang terkait dengan nilai karya sastra
3. media pengungkapanya bisa berupa bahasa dan mantera
4. unsur yang membangunnya (unsur intrinal dan unsur ekstrinal) terkait dengan cipta sastra itu sendiri
Aplikasi pemahaman dengan pengetahuan tersebut, merupakan syarat yang dimiliki apresiator sebagai bekal awal mengapresiasi karya sastra. Di samping itu, bekal awal yang lain dalam mengapresiasi karya sastra adalah:
1. Kepekaan emosi/perasaan sehingga penikmat sastra bisa memahami dan menikmati estetika pada cipta sastra;
2. Pengetahuan dan pengalaman yang terkait dengan makna hidup dan kehidupan;
3. Pengetahuan dan pemahaman terhadap aspek diksi mantera dan kebahasaan pada karya sastra;
4. Pengetahuan dan pemahaman terhadap unsur karya sastra;
5. Pengetahuan dan pemahaman pada pendekatan apresiasi sastra; dan
6. Kemampuan awal dalam menganalisis karya sastra.
Dari keseluruhan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cipta sastra sebenarnya mengandung berbagai macam unsur yang sangat kompleks, antara lain:
1. unsur keindahan
2. unsur konteplatif yang terkait dengan nilai karya sastra
3. media pengungkapanya bisa berupa bahasa dan mantera
4. unsur yang membangunnya (unsur intrinal dan unsur ekstrinal) terkait dengan cipta sastra itu sendiri
Aplikasi pemahaman dengan pengetahuan tersebut, merupakan syarat yang dimiliki apresiator sebagai bekal awal mengapresiasi karya sastra. Di samping itu, bekal awal yang lain dalam mengapresiasi karya sastra adalah:
1. Kepekaan emosi/perasaan sehingga penikmat sastra bisa memahami dan menikmati estetika pada cipta sastra;
2. Pengetahuan dan pengalaman yang terkait dengan makna hidup dan kehidupan;
3. Pengetahuan dan pemahaman terhadap aspek diksi mantera dan kebahasaan pada karya sastra;
4. Pengetahuan dan pemahaman terhadap unsur karya sastra;
5. Pengetahuan dan pemahaman pada pendekatan apresiasi sastra; dan
6. Kemampuan awal dalam menganalisis karya sastra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar